“The Butterfly Effect” dalam Sepakbola

Terinspirasi dari sebuah video karya El Alonso yang berjudul “The Butterfly Effect”, saya mencoba mengulas beberapa momen dalam suatu pertandingan sepak bola yang mungkin saja dapat merubah sejarah dari seorang pemain maupun suatu tim.
Butterfly Effect adalah istilah untuk sebuah teori Chaos. Istilah ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Hanya sedikit perubahan pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Dengan kata lain: kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana dikemudian hari (Wikipedia).
Dalam suatu pertandingan sepak bola, kesalahan dari seorang pemain merupakan suatu hal yang sangat mungkin terjadi. Tekanan dan tensi yang begitu tinggi dari suatu pertandingan dapat mempengaruhi psikologis atau mental dari seorang pemain. Dalam kondisi ini, skill individu mungkin tidak lagi berpengaruh. Hal seperti ini tentunya tidak hanya dapat mempengaruhi permainan dari seorang pemain saja, tapi juga dapat mempengaruhi permainan tim secara keseluruhan. Satu kesalahan saja dampaknya akan sangat besar terhadap hasil akhir dari dari suatu pertandingan atau bahkan bisa saja dapat merubah sejarah dari seorang pemain atau suatu tim.
Membicarakan pertandingan dengan tensi tinggi, berarti membicarakan pertandingan-pertandingan menentukan dalam suatu kompetisi. Atau bisa dibilang pertandingan “hidup-mati”. Pertandingan yang di dalamnya berisikan harapan dari jutaan pasang mata orang-orang yang menyaksikannya. Pertandingan yang di dalamnya berisikan ambisi dari pemain, pelatih, fans, para penjudi maupun orang-orang yang memiliki keterlibatan secara langsung maupun tidak langsung pada pertandingan tersebut. Pertandingan yang jika terjadi satu kesalahan saja, dapat merubah sejarah dari seorang pemain maupun suatu tim.

1. SS Lazio (4) V (2) Internazionale FC, Olimpico Roma, 5/5/2002, Giornata 34, Stagione 2001/2002

Gresko sang “penentu”

Bertandang ke kota Roma, Internazionale berstatus sebagai pemimpin klasemen Serie-A dengan 69 poin mengungguli Juventus (68) dan AS Roma (67). Inter yang saat itu ditangani oleh pelatih asal Argentina, Hector Cuper merupakan favorit peraih scudetto musim 2001/2002.
Diperkuat dua bomber berbahaya, Vieri dan Ronaldo─yang baru saja sembuh dari cedera panjangnya─Inter mampu bertahan di puncak klasemen Serie-A hingga giornata terakhir. Ketatnya persaingan dengan Juventus dan AS Roma membuat penentuan scudetto harus ditentukan hingga giornata terakhir.
Sementara Juve bertandang ke markas Udinese, dan AS Roma bermain di Turin menghadapi Torino, Inter harus bertandang ke kota Roma menghadapi Lazio.
Lazio yang saat itu tidak memiliki “kepentingan” lagi bisa saja dengan mudah dikalahkan oleh Inter. Tapi ceritanya berbeda, dengan sangat mengejutkan, Lazio berhasil menjungkalkan Inter dengan skor 4-2 yang sekaligus memupus harapan anak-anak asuhan Hector Cuper untuk meraih scudetto ke-14 yang sudah ditunggu selama 14 tahun tersebut. Unggul lewat gol Christian Vieri melalui kemelut di depan gawang Angelo Peruzzi, Lazio berhasil menyamakan kedudukan melalui Karel Poborsky skor 1-1. Luigi di Biaggio berhasil membawa Inter unggul 2-1 melalui sundulannya , tetapi bek kiri Inter, Vratislav Gresko menjadi “tokoh sentral” terjadinya gol penyama kedudukan Lazio. Back pass-nya ke arah Fransesco Toldo terlalu lemah dan dapat disambar oleh Poborsky untuk mencetak gol keduanya ke gawang Inter, 2-2. Di babak kedua, mental pemain-pemain Inter seolah hancur lebur setelah eks kapten mereka, Diego Simeone mencetak gol melalui sundulan untuk membawa Lazio Unggul 3-2. Dan akhirnya scudetto ke-14 untuk Inter itu pun hanya tinggal sebuah harapan ketika Simone Inzaghi memperbesar keunggulan Lazio menjadi 4-2. Peluit panjang pun ditiup, di kota Udine, Juventus merayakan scudetto mereka yang ke-26 bersama para tifosinya, sementara di kota Torino, AS Roma sedikit kecewa karena kemenangan mereka terasa sia-sia, sedangkan di Kota Roma, pemain, pelatih, tifosi dan presiden Inter harus menahan air mata karena baru saja melihat scudetto yang sudah di depan mata hilang begitu saja. Lebih parahnya lagi, Inter pun harus tergusur dua tingkat ke peringkat 3 dan hanya berhak mengikuti kualifikasi 3 kompetisi Liga Champions musim 2002/2003.
Jika para Interisti (sebutan untuk tifosi Inter) ditanya lagi mengenai pertandingan ini, maka mayoritas jawaban mereka adalah “Gresko”. Ya, bek kiri Inter asal Slovakia ini dianggap menjadi pemain yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Inter meraih scudetto ke-14 nya. Andaikan back pass-nya berhasil, mungkin Inter saat itu mampu meraih scudetto-nya yang ke-14 tanpa perlu menunggu gelar “hadiah” yang mereka dapatkan tahun 2006 lalu serta namanya mungkin akan dikenang sebagai salah satu bek kiri terbaik Inter, tetapi satu kesalahanya menjadikan namanya kini hanya dikenang sebagai biang kegagalan Inter meraih scudetto ke-14 nya. Ya..., andaikan saja.


eks kapten Inter, Diego Simeone mencetak gol ke-3 Lazio


penyerang tengah Inter, Ronaldo menangis di bench setelah Inter tertinggal jauh 4-2

Alex del Piero terkejut karena akhirnya Juventus lah yang meraih scudetto


2. Prancis (2) V (1) Italia, 2/7/’00, Final Euro 2000, Feijenoord Stadion, Rotterdam, Belanda

Golden goal penentu

Belanda yang berstatus sebagai tuan rumah saat itu merupakan tim yang diunggulkan untuk merebut trofi Piala Eropa 2000. Bertemu Italia yang saat itu diasuh Dino Zoff di semifinal, mereka harus mengakui ketangguhan pertahanan “gerendel” Italia yang terkenal dengan istilah “catenaccio”. Fransesco Toldo menjadi salah satu penentu dalam laga tersebut setelah mati-matian berhasil menggagalkan peluang demi peluang dari tuan rumah termasuk 2 tendangan penalty dari Frank de Boer saat pertandingan dan adu penalty.
Melajulah Italia ke partai final untuk berhadapan dengan Prancis yang di semifinal berhasil mengalahkan Portugal lewat golden goal tendangan penalty Zinedine Zidane. Ini adalah pertemuan kedua kalinya bagi kedua tim di ajang bergengsi setelah sebelumnya di Piala Dunia 1998 Prancis berhasil menyingkirkan Italia lewat adu penalty di perempat final.
Aroma persaingan kedua tim sangat kental terasa sebelum laga berlangsung. Prancis berobsesi mengawinkan gelar Piala Dunia dengan Piala Eropa, sementara Gli Azzurri menginginkan balas dendam atas kekalahan mereka di Piala Dunia ’98 sekaligus meraih trofi yang terakhir mereka menangkan tahun 1968 silam.
Benar saja, pertandingan berjalan ketat, dengan babak pertama berakhir tanpa gol untuk kedua tim. Memasuki babak kedua, Marco Delvechio berhasil membuat ribuan tifosi Gli Azzurri bergemuruh. Lewat sontekan manisnya, Fransesco Totti berhasil mengirimkan bola kepada Gianluca Pesotto yang kemudian mengirimkan umpan silang ke arah kotak penalty Prancis. Marco Delvechio berhasil melewati hadangan dua bek Prancis dan dengan mudah menyambar bola untuk menaklukan kiper Fabian Barthez, 1-0 untuk Italia. Tertinggal satu gol, Prancis pun lantas meningkatkan tempo serangan. Sylvain Wiltord, David Trezeguet serta Robert Pires dimasukan untuk menambah daya gedor. Pertahanan Italia yang pada pertandingan melawan Belanda bagaikan sebuah tembok beton, kali ini kembali diuji. Benar saja, hingga injury time menyisakan 1 menit lagi, gawang Fransesco Toldo masih perawan. Pemain-pemain serta staff dari tim Italia pun sudah bersiap menyambut trofi Eropa kedua mereka. Tapi pertandingan belum usai sebelum wasit menitup pluit panjang. Menit ke 94, bek kanan Fabio Cannavaro melakukan clearance yang tidak sempurna hingga bola akhirnya jatuh di kaki Sylvain Wiltord yang kemudian berhasil menjaringkan bola ke sudut kiri gawang Fransesco Toldo, 1-1. Perayaan yang sudah tinggal menunggu hitungan detik itupun buyar dalam sekejap. Seluruh anggota timnas Italia nampak tidak percaya Prancis mampu menyamakan skor di sisa waktu yang tidak sampai satu menit itu. Pertandingan pun harus diteruskan melalui ekstra time. Saat itu format yang diterapkan adalah sistem golden goal di mana tim yang berhasil mencetak gol lebih dulu dinyatakan sebagai pemenang tanpa harus menyelesaikan 2 x 15 menit perpanjangan waktu. Mimpi buruk bagi Italia akhirnya benar-benar datang. Menit 103, Robert Pires dan David Trezeguet yang masuk sebagai pemain pengganti berhasil menaklukan catenaccio Italia yang berhasil membuat Belanda frustasi. Berhasil mengelabui Alesandro Nesta, Pires langsung mengirimkan umpan terukur yang tidak terlalu tinggi ke kotak penalty. David Trezeguet yang lepas dari pengawalan Iuliano dan Maldini langsung menyambar dengan tendangan voli kaki kirinya. Bola tanpa ampun menerjang sisi kanan gawang Fransesco Toldo. Skor berubah 2-1 untuk kemenangan Prancis. Sekejap seluruh supporter dan anggota timnas Prancis larut dalam selebrasi golden goal Trezeguet tersebut. Sementara di sisi lapangan yang berbeda, seluruh anggota timnas Italia harus gigit jari dan merelakan gelar juara Eropa melayang dari genggaman mereka.
Satu kesalahan dari Fabio Cannavaro yang selama 94 menit bermain nyaris tanpa cela akhirnya membuyarkan harapan Italia menggenggam trofi Eropa untuk yang kedua kalinya. Italia yang begitu dekat dengan trofi tersebut harus tertunduk lesu dan pulang dengan tangan hampa. Andaikan saja clearance dari Cannavaro berhasil dan gawang Toldo tetap perawan, mungkin Italia saat ini sudah memiliki trofi Eropa kedua mereka di lemari trofi mereka. Seandainya…

gol Sylvain Wiltord di injury time

golden goal David Trezeguet

Fransesco Toldo menatap lesu gawangnya yang kebobolan

Alex del Piero dan Vicenzo Montella hanya bisa menatap lesu pemain-pemain Prancis yang merayakan trofi Eropa keduanya


akan di update....

Sahabat, teman, kawan, rekan


Semua itu dimulai saat adanya surat pengumuman yang menyatakan bahwa gw diterima di Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis TELKOM di Bandung, Jawa Barat. Hasilnya, gw pun terdampar di kampus yang dahulunya bernama STMB Telkom ini dan bertemu dengan orang-orang yang mungkin bisa gw kenal sebagai sahabat, teman, kawan ataupun rekan.

Belom pernah terpikir dalam benak gw ngerasain hidup jauh dari orang tua. Tapi itu semua pada akhirnya harus gw jalanin dengan sepenuh hati. Dan tantangan pertama adalah melalui kegiatan yang bias bikin mahasiswa baru (maba) kayak gw ini cemas dan gelisah. Ya, apalagi kalo bukan Orientasi Kegiatan Mahasiswa Baru (OKMB) ato kata2 familiarnya biasa disebut Ospek.

Bayang-bayang Ospek yang mencekam gak bias lepas dari gw yang emang seumur-umur ga pernah ngerasain kegiatan kayak beginian.

Untungnya, dan menurut gw ini emang salah satu yang bikin gw sedikit tenang buat kuliah di Bandung, dialah seorang yang bernama Ahmad Faisal ato bisa dipanggil Ichal. Karena sama2 berasal dari SMAN 21 tercinta, gw ama bocah yang satu ini jadi berasa senasib (karena emang gak ada lagi lulusan SMAN 21 angk 2006 yang kuliah di sini). Padahal ni bocah uda keterima di UNS jurusan Arsitektur, tapi entah ada petuah apa yang bikin bocah kecil tapi tua ini lebih milih kuliah di STMB.

Alhasil terdamparlah gw di Bandung. Gw yang seharusnya satu kosan ama Ichal di Picung gang 5, tiba2 harus pindah karena ada “insiden” kecil dengan bapak kosan yang otaknya sedikit singit. Tanpa panjang lebar, gw mendapat rekomendasi tempat kosan di daerah sarijadi dari seorang bernama Saga (akan diceritakan lebih lanjut). Gw pun tersudut di suatu daerah bernama Sarijadi. Tapi untungnya tempat kosan yang direkomendasikan Saga ini emang keliatan lebih bonavit. Oh iya, sebelomnya gw sempat bertemu dengan dua orang yang gw pikir senior angkatan 2004 ato 2003 di kosan Picung tadi dan akhirnya gw tau kalo mereka berdua –bersama Shinta & Tyo- adalah lulusan SMAN 31 dan sama2 angkatan 2006. Dua orang yang bermuka tua ini adalah Akhsan & Sonni. Mereka berempat adalah 4 sekawan dari SMAN 31 dengan gaya2nya yang unik.

Akhirnya berlanjutlah cerita menuju OKMB. Kegiatan yang satu ini emang sangat gak menarik bagi gw pada awalnya. Apalagi panitia yang tiba2 memajukan OKMB sehari lebih cepat bikin semua maba jadi keki. Ada yang belom foto, ada yang belom buat name tag, ada yang belom bawa ini, beli itu…dan masih banyak bentuk ketidaksiapan lainnya dari para maba yang masih “polos” ini.

Okeh, dan tibalah juga OKMB itu. Tidur hanya beberapa jam, belom sempet mandi(karena emang takut juga nyentuh air di tengah dinginnya udara subuh Bandung), dan harus berlari-lari menuju kampus di pagi yang gelap dan dingin diiringi “desingan” makian dari Panitia yang bernama “Tatib” (sebutan untuk Divisi Tata Tertib yang diberi kewenangan untuk membentak dan memaki para maba). Satu yang selalu diingat dari kegiatan OKMB ini dan selalu ada dari tahun ke tahun adalah kewajiban untuk para peserta OKMB menyapa panitia dan siapapun itu dengan “punten”. “Punten Kang”, ”Punten Teh”, ”Punten Bang”, ”Punten Kak”, “Punten Pak”, ”Punten Bu”…kata2 itu seolah-olah selalu terdengar di penjuru kampus saat kegiatan OKMB berlangsung.

“Integritas”, mungkin juga menjadi salah satu kata yang akan selalu diingat oleh angkatan 2006 yang mengikuti OKMB 2006. Kata itu seolah menjadi doktrin bagi para peserta OKMB untuk bersikap dan bertindak dengan memiliki jiwa integritas yang tinggi. Entah apakah kata integritas ini masih tertanam dalam jiwa mereka atau hanya akan mengingatkan pada kegiatan yang bernama OKMB 2006 saja.


PICUNG Gang #5


Kisah dimulai dari sini. Dari sebuah bangunan kos2an berlantai 2 dan memiliki 20 kamar. Bukan, ini bukan tempat kos gw. Tapi harus diakui kalo gw sering, sangat sering, bahkan mungkin lebih sering ada di sini dibandingkan di kosan gw di Sarijadi.

Sebetulnya kos2an ini tidak terlalu nyaman untuk ditinggali. Kamar yang sempit hanya seukuran 1.8m x 3m dan dinding yang terbuat dari triplek benar2 tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan oleh si pemilik kosan yang otaknya sedikit singit ini. Tapi kos2an ini punya satu kelebihan, yaitu memiliki kulkas. Dan ini yang sering dibangga2kan oleh para penghuninya. Selain itu kos2an ini juga dijaga oleh Teh Tuti, yang merupakan asisten pemilik kos. Teh Tuti ini juga ikut membantu membersihkan kos2an yang memang sering terlihat kotor ketimbang bersih.

Personel dari picungers ini adalah Idhar, Akbar (yg kemudian dipanggil Bejo), Iman, Shinta (kemudian dipanggil Simon karena merasa dirinya mirip Agnes Monica), Siska, Sari, Sonni, Tyo, Ichal dan Akhsan (sebelumnya ngekos di picung #7 selama sebulan) dan Jojo (biasa dipanggil O’on entah karena apa).

Orang2 selain penghuni kosan ini yang juga ikut meramaikan suasana adalah Ferhadz (selanjutnya disebut Aryl karena kata Akhsan mukanya mirip Aryl Peterpan), orang asli Bandung bertempat tinggal di daerah nun jauh, Kopo.

Banyak hal-hal lucu ketika temen2 gw ngekos di sini. Sebagai mahasiswa tingkat satu yang baru saja merasakan hidup di perantauan dan jauh dari orang tua bisa dimaklumi kalo kelakuan anak2 ini sedikit labil dan terlihat urakan. Sebagai orang2 yang baru kenal Bandung dan terbatasnya kendaraan, aktifitas kita kebanyakan hanya dihabiskan di kosan ini. Terkadang hanya berpergian ke Kota Kembang buat beli CD ato DVD. Nonton film di Ciwalk, BIP ato mungkin sekedar jalan2 ke PVJ buat duduk sambil ngobrol ngarol ngidul di kolam yang entah mengapa gak pernah ada airnya itu. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan di sini adalah nyuruh Aryl bawa PS2-nya ke kosan. Dan secara bergantian diadakan pertandingan penuh gengsi ngadu Winning Eleven (WE). Tapi yang selalu merajai gak lain dan gak bukan ya si Akhsan. Dia ini emang anak rental sejati, hidupnya hanya untuk stick dan WE. Pokoknya dia jadi inceran semua anak2 buat dikalahin. Hati2 aja kalo diajakin ngadu WE sama beliau, bahaya.

Seiring berjalannya waktu, personel picungers ini bertambah satu per satu. Yang paling menghebohkan adalah bergabungnya secara tiba2 seorang yang berparas garang, berkulit gelap, badan sedikit gemuk (dulu emang belom terlalu gemuk) dan lulusan salah satu pesantren ternama. Ya, itulah Anthony Permana. Orang ini sebenernya kos di picung #7, tapi entah mengapa tiba2 aja barang2nya diungsikan di kamar Ichal yang emang menjadi sohib sejatinya. Pada masa2 ini, Ichal selalu dikawal oleh dua sobat kelas E-nya, dialah Anton dan seorang klimis bernama Fernandesta a.k.a Ucok. Mungkin terlalu panjang kalo nyeritain secara kronologis kisah perjalanan 3 sobat ini.

Maka kita kembalikan pada topik sebelumnya mengenai penambahan personel ini. Secara tiba2 juga Fajar yang sekelas sama gw & Sonni sering bertandang ke picung #5 ini. Dan dalam tempo yang sesingkat2nya pula, Fajar menjadi bagian dari picungers ini.

Di masa2 semester padat (SP) personel picungers ini bertambah lagi. Dan lagi2 dari kelas D. Dialah Reza Harahap a.k.a Reja a.k.a Lahung (bebas mao panggil apa). Ini orang asal-usulnya sedikit ngebingungin soalnya selalu merantau ke berbagai kota mengikut ortunya. Doi mulai bergabung waktu SP gara2 temen2 kosannya (yang berisikan rombongan Banjarmasin) pulang kampung. Akhirnya dia sering maen ke picung dan dengan cepat beradaptasi dengan para picungers. Salah satunya adalah dengan ngatain Anton yang baru dikenalnya beberapa jam.

Seperti itulah kira2 terbentuknya persekongkolan kami. Ada yang datang dan pergi. Seiring berjalan waktu dan bertambahnya semester demi semester yang dilalui.


KPAD (Kontrakan) Jalan Fajar 255B

Kisah kami berlanjut di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di Jalan Fajar 255B, KPAD. Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya para picungers ini menemukan kehidupan baru dengan tinggal bersama dalam satu atap kontrakan. Gagasan untuk ngontrak rumah ini emang udah lama dibuat, dan bener aja, akhirnya sebuah rumah kontrakan yg cukup menampung 7 orang tersebut dipilih untuk melanjutkan kisah perjalanan mereka. Akhsan, Ichal, Anton, Sonni, Reja, & Tyo menetap di kontrakan tersebut. Ditambah seorang bernama Adon yg merupakan kawan dekat Anton saat di pesantren dulu.

Kalo boleh dibilang, masa2 di kontrakan ini adalah masa2 yg penuh dengan canda dan tawa. Di masa ini, mungkin yg paling dirugikan adalah Anton. Bagaimana tidak, salah satu kegiatan utama anak2 yg paling menghibur adalah dengan meledek Anton dari semua hal yang dilakukannya. Apapun yg dikerjakan Anton, selalu jadi bahan lelucon yg bisa membuat kami tertawa terbahak2. Tapi itu semua kami lakukan hanya sekedar untuk candaan belaka dan gak ada maksud untuk menghina.

Kamar Akhsan yg berada paling depan dan dekat pintu masuk merupakan bace camp tetap kami. Mulai dari main Pro Evolution Soccer (pada masa ini Winning Eleven versi PS sudah mulai ditinggalkan dan digantikan PES versi PC), sesi curhat (biasanya dilakukan menjelang tidur malam), sesi lelucon (semua bisa jadi bahan lawakan tapi emang ujung2nya balik lagi ke Anton,hahaha), dan kamar ini juga jadi tempat bagi tamu2 – termasuk saya – yg menginap untuk tidur. Nampaknya, pada masa ini Akhsan harus merelakan privasinya sedikit (agak banyak sebetulnya) terganggu.

Di masa2 ini juga Reja, Aryl, Tyo & Akhsan melepas masa jomblonya. Reja sukses menggaet Tyas yg juga temen sekelas gw & dia di kelas D. Tyo dapet cewek Bandung bernama Ranti yg notabene adalah adik kandung dari temen sekelasnya, Laras. Aryl yg selama 6 bulan cuman bisa senyam-senyum doang kalo ketemu akhirnya berhasil menggaet Nisa, angkatan 2007 yg semasa OKMB termasuk salah satu anak buahnya ketika ketika dia jadi Pendamping Kelompok. Akhsan? Yak, dia pun berhasil melepas masa jomblonya setelah 18 taun belum pernah berpacaran. Akhsan menggaet Devi angkatan 2007 yg parasnya bernuansa oriental.

Kegiatan futsal tiap rabu pagi merupakan salah satu yg rutin dilakukan oleh kami. Tim berlabel “KEPARAT” kependekan dari Komplek Angkatan Darat sempat begitu disegani oleh banyak kalangan (ini gak terlalu dilebih2in kok). Sampai akhirnya terjadi anti klimaks di mana tim Keparat harus kalah di pertandingan pertama kejuaran futsal yg sebetulnya diselenggarakan oleh si Tyo bersama anak buahnya di HIMA. Akhirnya reputasi tim Keparat ini semakin luntur seiring terbentuknya tim2 yg lebih kuat, salah satunya Paguyuban 2006 (akan dibahas lebih lanjut).

Di kontrakan ini, personel pun semakin bertambah. Kharis, Ari, dan Acho juga mulai sering berkunjung. Acho pun mulai bergabung dengan tim futsal Keparat. Hari2 yg berjalan pun semakin berwarna. Si ichal tiba2 aja melihara kucing liar yg akhirnya beranak pinak. Kucing2 ini pun pada akhirnya harus berakhir tragis karena tiba2 saja terserang penyakit misterius dan tewas.


kisah selanjutnya akan terus di up-date...nantikan!!

You'll Never Walk Alone


When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark.
At the end of a storm
Is a golden sky
And the sweet, silver song of a lark.

Walk on, through the wind,
Walk on, through the rain,
Though your dreams be tossed and blown.
Walk on, walk on with hope in your heart,
And you'll never walk alone,
You'll never walk alone.

Catatan Kecil dari Piala Dunia 2010

New Champions!! Itulah sebutan untuk Spanyol yang berhasil merebut Gelar Juara Dunia setelah mengalahkan Belanda 1-0 di Final. Gol dari Andres Iniesta sudah cukup mengantar "El Matador" merebut trofi pertama mereka dalam laga final pertama mereka minggu malam waktu setempat. terlepas dari itu mari kita simak beberapa catatan kecil selama perhelatan Pesta Sepak Bola terbesar sejagat itu...mari kita simak!!

  1. Spanyol melakoni partai final pertamanya dan langsung keluar sebagai juara setelah mengalahkan Belanda yang untuk kali ketiga hanya menjadi runner up.
  2. Spanyol adalah tim yang paling banyak: melakukan passing (3.802), tendangan (121), dan dilanggar (134). Tapi mereka hanya melesakkan 8 gol sepanjang turnamen.
  3. Sedangkan pemain Spanyol: Xavi Hernandes adalah pemain yang paling sering melakukan passing (669) dan Iniesta adalah pemain yang paling sering dilanggar (26)
  4. Selandia Baru adalah satu-satunya tim yang tidak pernah kalah di PD 2010.
  5. Spanyol yang kalah di pertandingan pertama berhasil mengalahkan Belanda yang sebelumnya tidak terkalahkan.
  6. Jerman menjadi tim dengan materi pemain muda terbaik setelah berhasil menyingkirkan favorit juara seperti Inggris dan Argentina dengan skor cukup telak.
  7. Dua finalis PD 2006 (Italia dan Prancis) langsung tersingkir di babak penyisihan grup sebagai juru kunci tanpa meraih satu kemenangan pun. Kedua tim masih diarsiteki oleh pelatih yang sama ketika mencapai final PD 2006.
  8. Semua gol Spanyol dicetak oleh pemain Barcelona (David Villa, Iniesta, dan Puyol)
  9. Pemain2 yang menjadi top skor di Liga2 Bergengsi gagal menunjukan performa terbaiknya di PD 2010 (Drogba, Messi, dan Antonio Di Natale)
  10. Slovakia adalah tim debutan yang berhasil menyingkirkan juara bertahan (Italia) pada babak penyisihan grup.
  11. Portugal hanya berhasil mencetak gol ke gawang Korut (7 gol) dan hanya kebobolan ketika melawan Spanyol (1 gol).
  12. Inggris adalah tim yang sangat diunggulkan dan tampil sangat mengecewakan di PD 2010.
  13. Gaji Pelatih 4 negara semifinalis (Jerman, Spanyol, Uruguay dan Belanda) jika digabungkan bahkan lebih kecil dari gaji pelatih Inggris Fabio Capello yang gagal menembus 16 besar.
  14. Iker Casillas adalah salah satu kiper yang paling vokal memprotes Bola Resmi PD 2010 "Jabulani", tapi kiper timnas Spanyol ini berhasil meraih golden gloves dan hanya kebobolan 2 gol.
  15. Afrika Selatan menjadi satu-satunya tuan rumah yang gagal lolos dari fase grup.
  16. Kapten timnas Belanda (Giovani van Bronckhorst) memiliki darah Indonesia dari neneknya dan bisa sedikit berbicara Bahasa Indonesia.
  17. Wesley Sneijder tampil di 3 laga final (Coppa Italia, Champions League, dan World Cup) pada tahun 2010 dan memenangi dua laga final tersebut.
mungkin untuk sementara catatan ini saya akhiri dulu..terima kasih.

Orang Indonesia…

Pernah ngeliat orang yang gak tertib waktu antri? Atau ngeliat orang yang buang sampah sembarangan di deket tempat sampah? Atau nunggu orang yang “ngaret” waktu kita bikin janji? Apa kata-kata yang bakal langsung terlontar dari diri kalian? Mungkin kebanyakan bakal ngomong kayak gini, “Dasar orang Indonesia!!!”

Seperti inikah orang Indonesia itu? Bahkan kata-kata itu keluar dari mulut seorang yang tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)!! Lalu apa yang bisa kita banggakan sebagai warga Negara Indonesia kalau masyarakatnya sendiri sudah membuat suatu “pengakuan” seakan-akan semua kebiasaan buruk tersebut sudah jadi kebiasaan sebagian besar, bahkan hampir seluruh masyarakat Indonesia. Jika ada orang yang tertib, maka langsung diidentikan dengan orang-orang barat. Begitu pun kalo ada yang tepat waktu, maka orang gak segan buat berkata, “kayak orang Jepang.”

Memang jika kita melihat kondisi Negara kita saat ini, kebiasaan-kebiasaan buruk seperti itu Nampak seperti sesuatu yang dianggap lazim, bahkan gak segan-segan orang-orang yang sebetulnya gak suka pun ikut melakukannya. Kalo udah kayak gini gak ada lagi kebanggaan kita buat jadi orang Indonesia, gak ada lagi rasa percaya diri kita untuk menunjukan jati diri kita sebagai orang Indonesia.

Mungkin banyak yang menganggap hal ini sepele, tapi bukankah dari hal yang sepele itu malah sulit untuk dirubah karena sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging? Apalah susahnya buang sampah pada tempatnya, apa susahnya menunggu antrian dengan tertib, apa juga sulitnya tepat waktu. Kalo itu semua uda bisa kita jalanin, dengan sendirinya rasa bangga itu akan muncul sendiri dalam diri kita. Ya, kita gak perlu segan buat bilang, “Saya orang Indonesia!!”

Tipe2 Mahasiswa (di kampus saya)

Kalo saat ini posisi kalian ada di kampus (IM Telkom), coba liat ke sekeliling kalian …tentunya kita bakal ngeliat mahasiswa/i IM Telkom dengan tingkah lakunya masing-masing. Nah, ini ada beberapa ciri dan tipe mahasiswa/i di kampus IM Telkom :
Mahasiswa Eksis mulai dari pintu gerbang sampai ke dalam kelasnya, mungkin bisa lebih dari 100 orang yang menyapanya..(lebay yak). Maksudnya mahasiswa tipe ini cenderung aktif di banyak organisasi di kampus, biasanya dia juga vokal dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh institusi. Jadi pastinya banyak yang kenal, mulai dari temen seangkatan, senior maupun juniornya bahkan alumni sekalipun.
Mahasiswa (sok) Eksis gak beda jauh ama yang no.1, tapi bedanya dia gak tau apa yang harus dilakukan di organisasinya itu. Pekerjaan-pekerjaannya pun terkadang gak selesai. Yang ada di pikirannya cuman satu: pokoknya gue harus ikut organisasi.
Mahasiswa Apatis yang pasti tujuannya cuman : dateng ke kelas, absen, pulang lagi ke kosan ato rumah. Mao ada acara semeriah apapun di kampus, jangan harap bisa nemuin orang macem ini di acara itu.
Mahasiswa teladan dateng kuliah tepat waktu, ngerjain tugas tepat waktu, bawa buku paket refrensi dari dosen, duduk anteng sambil ngedengerin dan nyatetin semua yang dosen terangin. Jadi inceran nomer wahid temen2 sekelasnya dikala ada tugas kelompok. Terkadang masih mao dateng ke acara2 yang diadain kampus.
Mahasiswa tongkrongan mao masuk kuliah, pulang kuliah, ato cabut kuliah..tujuannya: Warung A’Didi (kampus 1), atau kantin (kampus 2 & 3).
Mahasiswa hotspotan mudah ditemuin di lobby kampus 1,2 ato 3. Biasanya bela2in bawa laptop dari kosan/rumahnya−bahkan terkadang sampe niat bawa kabel sambungan−buat hotspotan di kampus. Entah buat ngerjain tugas ato hanya sekedar browsing, tapi pastinya mahasiswa seperti ini sangat betah untuk duduk berlama-lama di area kampus.