Sahabat, teman, kawan, rekan


Semua itu dimulai saat adanya surat pengumuman yang menyatakan bahwa gw diterima di Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis TELKOM di Bandung, Jawa Barat. Hasilnya, gw pun terdampar di kampus yang dahulunya bernama STMB Telkom ini dan bertemu dengan orang-orang yang mungkin bisa gw kenal sebagai sahabat, teman, kawan ataupun rekan.

Belom pernah terpikir dalam benak gw ngerasain hidup jauh dari orang tua. Tapi itu semua pada akhirnya harus gw jalanin dengan sepenuh hati. Dan tantangan pertama adalah melalui kegiatan yang bias bikin mahasiswa baru (maba) kayak gw ini cemas dan gelisah. Ya, apalagi kalo bukan Orientasi Kegiatan Mahasiswa Baru (OKMB) ato kata2 familiarnya biasa disebut Ospek.

Bayang-bayang Ospek yang mencekam gak bias lepas dari gw yang emang seumur-umur ga pernah ngerasain kegiatan kayak beginian.

Untungnya, dan menurut gw ini emang salah satu yang bikin gw sedikit tenang buat kuliah di Bandung, dialah seorang yang bernama Ahmad Faisal ato bisa dipanggil Ichal. Karena sama2 berasal dari SMAN 21 tercinta, gw ama bocah yang satu ini jadi berasa senasib (karena emang gak ada lagi lulusan SMAN 21 angk 2006 yang kuliah di sini). Padahal ni bocah uda keterima di UNS jurusan Arsitektur, tapi entah ada petuah apa yang bikin bocah kecil tapi tua ini lebih milih kuliah di STMB.

Alhasil terdamparlah gw di Bandung. Gw yang seharusnya satu kosan ama Ichal di Picung gang 5, tiba2 harus pindah karena ada “insiden” kecil dengan bapak kosan yang otaknya sedikit singit. Tanpa panjang lebar, gw mendapat rekomendasi tempat kosan di daerah sarijadi dari seorang bernama Saga (akan diceritakan lebih lanjut). Gw pun tersudut di suatu daerah bernama Sarijadi. Tapi untungnya tempat kosan yang direkomendasikan Saga ini emang keliatan lebih bonavit. Oh iya, sebelomnya gw sempat bertemu dengan dua orang yang gw pikir senior angkatan 2004 ato 2003 di kosan Picung tadi dan akhirnya gw tau kalo mereka berdua –bersama Shinta & Tyo- adalah lulusan SMAN 31 dan sama2 angkatan 2006. Dua orang yang bermuka tua ini adalah Akhsan & Sonni. Mereka berempat adalah 4 sekawan dari SMAN 31 dengan gaya2nya yang unik.

Akhirnya berlanjutlah cerita menuju OKMB. Kegiatan yang satu ini emang sangat gak menarik bagi gw pada awalnya. Apalagi panitia yang tiba2 memajukan OKMB sehari lebih cepat bikin semua maba jadi keki. Ada yang belom foto, ada yang belom buat name tag, ada yang belom bawa ini, beli itu…dan masih banyak bentuk ketidaksiapan lainnya dari para maba yang masih “polos” ini.

Okeh, dan tibalah juga OKMB itu. Tidur hanya beberapa jam, belom sempet mandi(karena emang takut juga nyentuh air di tengah dinginnya udara subuh Bandung), dan harus berlari-lari menuju kampus di pagi yang gelap dan dingin diiringi “desingan” makian dari Panitia yang bernama “Tatib” (sebutan untuk Divisi Tata Tertib yang diberi kewenangan untuk membentak dan memaki para maba). Satu yang selalu diingat dari kegiatan OKMB ini dan selalu ada dari tahun ke tahun adalah kewajiban untuk para peserta OKMB menyapa panitia dan siapapun itu dengan “punten”. “Punten Kang”, ”Punten Teh”, ”Punten Bang”, ”Punten Kak”, “Punten Pak”, ”Punten Bu”…kata2 itu seolah-olah selalu terdengar di penjuru kampus saat kegiatan OKMB berlangsung.

“Integritas”, mungkin juga menjadi salah satu kata yang akan selalu diingat oleh angkatan 2006 yang mengikuti OKMB 2006. Kata itu seolah menjadi doktrin bagi para peserta OKMB untuk bersikap dan bertindak dengan memiliki jiwa integritas yang tinggi. Entah apakah kata integritas ini masih tertanam dalam jiwa mereka atau hanya akan mengingatkan pada kegiatan yang bernama OKMB 2006 saja.


PICUNG Gang #5


Kisah dimulai dari sini. Dari sebuah bangunan kos2an berlantai 2 dan memiliki 20 kamar. Bukan, ini bukan tempat kos gw. Tapi harus diakui kalo gw sering, sangat sering, bahkan mungkin lebih sering ada di sini dibandingkan di kosan gw di Sarijadi.

Sebetulnya kos2an ini tidak terlalu nyaman untuk ditinggali. Kamar yang sempit hanya seukuran 1.8m x 3m dan dinding yang terbuat dari triplek benar2 tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan oleh si pemilik kosan yang otaknya sedikit singit ini. Tapi kos2an ini punya satu kelebihan, yaitu memiliki kulkas. Dan ini yang sering dibangga2kan oleh para penghuninya. Selain itu kos2an ini juga dijaga oleh Teh Tuti, yang merupakan asisten pemilik kos. Teh Tuti ini juga ikut membantu membersihkan kos2an yang memang sering terlihat kotor ketimbang bersih.

Personel dari picungers ini adalah Idhar, Akbar (yg kemudian dipanggil Bejo), Iman, Shinta (kemudian dipanggil Simon karena merasa dirinya mirip Agnes Monica), Siska, Sari, Sonni, Tyo, Ichal dan Akhsan (sebelumnya ngekos di picung #7 selama sebulan) dan Jojo (biasa dipanggil O’on entah karena apa).

Orang2 selain penghuni kosan ini yang juga ikut meramaikan suasana adalah Ferhadz (selanjutnya disebut Aryl karena kata Akhsan mukanya mirip Aryl Peterpan), orang asli Bandung bertempat tinggal di daerah nun jauh, Kopo.

Banyak hal-hal lucu ketika temen2 gw ngekos di sini. Sebagai mahasiswa tingkat satu yang baru saja merasakan hidup di perantauan dan jauh dari orang tua bisa dimaklumi kalo kelakuan anak2 ini sedikit labil dan terlihat urakan. Sebagai orang2 yang baru kenal Bandung dan terbatasnya kendaraan, aktifitas kita kebanyakan hanya dihabiskan di kosan ini. Terkadang hanya berpergian ke Kota Kembang buat beli CD ato DVD. Nonton film di Ciwalk, BIP ato mungkin sekedar jalan2 ke PVJ buat duduk sambil ngobrol ngarol ngidul di kolam yang entah mengapa gak pernah ada airnya itu. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan di sini adalah nyuruh Aryl bawa PS2-nya ke kosan. Dan secara bergantian diadakan pertandingan penuh gengsi ngadu Winning Eleven (WE). Tapi yang selalu merajai gak lain dan gak bukan ya si Akhsan. Dia ini emang anak rental sejati, hidupnya hanya untuk stick dan WE. Pokoknya dia jadi inceran semua anak2 buat dikalahin. Hati2 aja kalo diajakin ngadu WE sama beliau, bahaya.

Seiring berjalannya waktu, personel picungers ini bertambah satu per satu. Yang paling menghebohkan adalah bergabungnya secara tiba2 seorang yang berparas garang, berkulit gelap, badan sedikit gemuk (dulu emang belom terlalu gemuk) dan lulusan salah satu pesantren ternama. Ya, itulah Anthony Permana. Orang ini sebenernya kos di picung #7, tapi entah mengapa tiba2 aja barang2nya diungsikan di kamar Ichal yang emang menjadi sohib sejatinya. Pada masa2 ini, Ichal selalu dikawal oleh dua sobat kelas E-nya, dialah Anton dan seorang klimis bernama Fernandesta a.k.a Ucok. Mungkin terlalu panjang kalo nyeritain secara kronologis kisah perjalanan 3 sobat ini.

Maka kita kembalikan pada topik sebelumnya mengenai penambahan personel ini. Secara tiba2 juga Fajar yang sekelas sama gw & Sonni sering bertandang ke picung #5 ini. Dan dalam tempo yang sesingkat2nya pula, Fajar menjadi bagian dari picungers ini.

Di masa2 semester padat (SP) personel picungers ini bertambah lagi. Dan lagi2 dari kelas D. Dialah Reza Harahap a.k.a Reja a.k.a Lahung (bebas mao panggil apa). Ini orang asal-usulnya sedikit ngebingungin soalnya selalu merantau ke berbagai kota mengikut ortunya. Doi mulai bergabung waktu SP gara2 temen2 kosannya (yang berisikan rombongan Banjarmasin) pulang kampung. Akhirnya dia sering maen ke picung dan dengan cepat beradaptasi dengan para picungers. Salah satunya adalah dengan ngatain Anton yang baru dikenalnya beberapa jam.

Seperti itulah kira2 terbentuknya persekongkolan kami. Ada yang datang dan pergi. Seiring berjalan waktu dan bertambahnya semester demi semester yang dilalui.


KPAD (Kontrakan) Jalan Fajar 255B

Kisah kami berlanjut di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di Jalan Fajar 255B, KPAD. Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya para picungers ini menemukan kehidupan baru dengan tinggal bersama dalam satu atap kontrakan. Gagasan untuk ngontrak rumah ini emang udah lama dibuat, dan bener aja, akhirnya sebuah rumah kontrakan yg cukup menampung 7 orang tersebut dipilih untuk melanjutkan kisah perjalanan mereka. Akhsan, Ichal, Anton, Sonni, Reja, & Tyo menetap di kontrakan tersebut. Ditambah seorang bernama Adon yg merupakan kawan dekat Anton saat di pesantren dulu.

Kalo boleh dibilang, masa2 di kontrakan ini adalah masa2 yg penuh dengan canda dan tawa. Di masa ini, mungkin yg paling dirugikan adalah Anton. Bagaimana tidak, salah satu kegiatan utama anak2 yg paling menghibur adalah dengan meledek Anton dari semua hal yang dilakukannya. Apapun yg dikerjakan Anton, selalu jadi bahan lelucon yg bisa membuat kami tertawa terbahak2. Tapi itu semua kami lakukan hanya sekedar untuk candaan belaka dan gak ada maksud untuk menghina.

Kamar Akhsan yg berada paling depan dan dekat pintu masuk merupakan bace camp tetap kami. Mulai dari main Pro Evolution Soccer (pada masa ini Winning Eleven versi PS sudah mulai ditinggalkan dan digantikan PES versi PC), sesi curhat (biasanya dilakukan menjelang tidur malam), sesi lelucon (semua bisa jadi bahan lawakan tapi emang ujung2nya balik lagi ke Anton,hahaha), dan kamar ini juga jadi tempat bagi tamu2 – termasuk saya – yg menginap untuk tidur. Nampaknya, pada masa ini Akhsan harus merelakan privasinya sedikit (agak banyak sebetulnya) terganggu.

Di masa2 ini juga Reja, Aryl, Tyo & Akhsan melepas masa jomblonya. Reja sukses menggaet Tyas yg juga temen sekelas gw & dia di kelas D. Tyo dapet cewek Bandung bernama Ranti yg notabene adalah adik kandung dari temen sekelasnya, Laras. Aryl yg selama 6 bulan cuman bisa senyam-senyum doang kalo ketemu akhirnya berhasil menggaet Nisa, angkatan 2007 yg semasa OKMB termasuk salah satu anak buahnya ketika ketika dia jadi Pendamping Kelompok. Akhsan? Yak, dia pun berhasil melepas masa jomblonya setelah 18 taun belum pernah berpacaran. Akhsan menggaet Devi angkatan 2007 yg parasnya bernuansa oriental.

Kegiatan futsal tiap rabu pagi merupakan salah satu yg rutin dilakukan oleh kami. Tim berlabel “KEPARAT” kependekan dari Komplek Angkatan Darat sempat begitu disegani oleh banyak kalangan (ini gak terlalu dilebih2in kok). Sampai akhirnya terjadi anti klimaks di mana tim Keparat harus kalah di pertandingan pertama kejuaran futsal yg sebetulnya diselenggarakan oleh si Tyo bersama anak buahnya di HIMA. Akhirnya reputasi tim Keparat ini semakin luntur seiring terbentuknya tim2 yg lebih kuat, salah satunya Paguyuban 2006 (akan dibahas lebih lanjut).

Di kontrakan ini, personel pun semakin bertambah. Kharis, Ari, dan Acho juga mulai sering berkunjung. Acho pun mulai bergabung dengan tim futsal Keparat. Hari2 yg berjalan pun semakin berwarna. Si ichal tiba2 aja melihara kucing liar yg akhirnya beranak pinak. Kucing2 ini pun pada akhirnya harus berakhir tragis karena tiba2 saja terserang penyakit misterius dan tewas.


kisah selanjutnya akan terus di up-date...nantikan!!

  • dwi andika p

2 komentar:

  1. pertamax gan!!!

  2. Nice post Internisti ^_^

Posting Komentar